√ Membuka Harapan melalui Pendidikan Anak Nelayan - It's Me Desi Murniati
Copyright © oleh Desi Murniati - All Rights Reserved. Powered by Blogger.

Saturday, November 8, 2025

Membuka Harapan melalui Pendidikan Anak Nelayan

Jauhari Tantowi


“Kota Mataram bisa dibilang maju pendidikannya dan tidak tergolong 3T, namun teman-teman cuma lihat di pusat kota. Tidak ke pinggiran kota seperti di Pesisir Ampenan atau pesisir lainnya di mana pendidikan mereka minim, belum lagi permasalahan ekonomi. Ini menjadi isu-isu bersifat fundamental yang bersinggungan langsung dengan masyarakat yang tidak bisa kita mengelak seperti pendidikan, ekonomi, kesehatan, hingga kesejahteraan sosial," ucap Jauhari Tantowi, pendiri Sekolah Pesisi Juang dari Bintaro, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.


***


Jauhari Tantowi
Jauhari Tantowi


Di wilayah pesisir Bintaro, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram, ombak bak alunan musik setiap hari. Tanpa ada jeda. Kadang terdengar sangat merdu, namun tidak jarang juga terasa mencekam. Di sisi lain, terdengar suara riuh antara pedagang dan pembeli yang sedang jual-beli ikan. Bagi nelayan yang tinggal di wilayah ini, laut, ombak, dan pasar ikan adalah pemandangan sehari-hari.


Kota Mataram yang menjadi jantung utama Pulau Lomba dan Provinsi Nusa Tenggara Barat bukanlah tempat yang terpencil. Selayaknya ibu kota provinsi, Kota Mataram dilengkapi dengan berbagai fasilitas umum yang memadai, mulai dari pusat perbelanjaan, instansi pendidikan, hingga objek wisata yang menarik di mata wisatawan.


Bahkan, Mataram menjadi gerbang bagi wisatawan menuju objek wisata terkenal di Nusa Tenggara Barat, seperti Gili Trawangan.


bintaro
Wilayah Pesisir Bintaro dari Peta Satelit


Di tengah riuh kemajuan kota, pernahkah kamu membayangkan ada kesenjangan pendidikan di Kota Mataram ini? Di saat belasan perguruan tinggi berdiri di kota ini, di sudut pesisir Kota Mataram tepatnya di Kelurahan Bintaro Kecamatan Ampenan, terdapat anak-anak yang masih kesulitan mendapatkan akses pendidikan.


Namanya Jauhari Tantowi. Ia adalah pemuda yang menyadari adanya kesenjangan pendidikan di wilayah pesisir Bintaro. Saat itu usianya 23 tahun. Di usia tersebut ia melihat teman-temannya sedang sibuk mengejar karier, menikmati dunia dari secangkir kopi di sudut coffee shop,  atau berpetualang melihat keindahan dunia.


Namun ia ada di sisi yang berbeda. Ia memilih dunia yang berbeda dibandingkan pemuda seumurannya. Bukan di sudut coffee shop atau dari bandara satu ke bandara lain, namun di sebuah bangunan dengan dinding setengah terbuka dan atap seadanya. Di tempat seadanya tersebut, ia menceritakan keindahan dunia dan harapan masa depan di hadapan puluhan anak-anak nelayan di Bintaro, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.


Jauhari Tantowi
Jauhari Tantowi dan semangat juangnya


Tepatnya di tahun 2020, saat pandemi Covid-19 melanda seluruh dunia dan pemerintah menerapkan kebijakan di rumah aja, termasuk untuk bidang pendidikan. Siswa-siswi yang awalnya belajar secara tatap muka di sekolah, karena pandemi harus beralih dengan belajar daring dari rumah.


Peralihan dari belajar tatap muka ke belajar secara online ini ternyata membawa masalah tersendiri yakni keterbatasan akses untuk belajar karena membutuhkan smartphone. Tidak semua anak-anak di Pesisir Ampenan memiliki smartphone untuk belajar secara online. Ini membuat anak-anak yang awalnya dapat mengakses pelajaran dengan mudah, harus terkendala karena tidak memiliki smartphone.


“Anak-anak di sini harus menyewa ponsel Rp2.000 per jam hanya untuk ikut kelas online. Tak ada pendampingan belajar apalagi bimbingan dari orang tua karena mayoritas buta teknologi. Tak ada jaminan sinyal selalu stabil hingga banyak yang akhirnya menyerah, pasrah dan akhirnya mengalah untuk kalah,” kenang Jauhari.


Melihat keadaan yang memprihatinkan ini, Jauhari tergerak hatinya untuk mendirikan Sekolah Pesisi Juang, sebuah sekolah non-formal gratis yang menjadi wadah bagi anak-anak untuk belajar di luar sekolah.


"Jangan sampai anak-anak putus sekolah katena kesulitan mengikuti pendidikan formal, khususnya di tengah kondisi pandemi Covid-19 saat itu. Motivasi ini yang membuat saya memantapkan diri untuk membangun sekolah ini," ungkap Jauhari Tantowi melalui wawancara yang dilakukan via WhatsApp, Selasa, 4 November 2025.


Kesenjangan Pendidikan di Indonesia


Jika melihat Indonesia dari kacamata Ibu Kota Jakarta dan ibu kota di Pulau Jawa, yang disajikan adalah kemajuan. Di Jakarta dan ibu kota di Pulau Jawa pendidikan menjadi hal dasar yang bisa didapatkan. Tidak hanya untuk pendidikan dasar dan menengah, akses pendidikan juga sangat terbuka untuk jenjang pendidikan tinggi.


Perbedaan akses pendidikan ini dapat dilihat dari data perguruan tinggi yang ada di Indonesia tahun 2024 di mana di Pulau Jawa seperti di Provinsi Jawa Barat terdapat 367 perguruan tinggi negeri dan swasta, di Jawa Timur terdapat 344 perguruan tinggi negeri dan swasta, dan D.I. Yogyakarta memiliki 105 perguruan tinggi negeri dan swasta.


Sedangkan di provinsi yang ada di luar Pulau Jawa seperti di Lampung terdapat 65 perguruan tinggi negeri dan swasta, di Bengkulu terdapat 16 perguruan tinggi negeri dan swasta, dan angka tertingginya yang dipegang Sumatera Utara ada di angka 198 perguruan tinggi negeri dan swasta.


Sekolah Pesisi Juang
Salah satu murid Sekolah Pesisi Juang

Untuk provinsi yang masuk wilayah Indonesia Timur memiliki angka yang lebih rendah, yakni 54 perguruan tinggi negeri dan swasta di Nusa Tenggara Barat, 62 perguruan tinggi negeri dan swasta di Nusa Tenggara Timur, dan angka tertingginya ada di provinsi Sulawesi Selatan yakni 180 perguruan tinggi negeri dan swasta.


Data ketimpangan ini tidak hanya berlaku untuk perguruan tinggi, namun juga untuk jumlah Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Tentunya daerah di Pulau Jawa memiliki jumlah yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang ada di luar Pulau Jawa.


Keadaan ini membuat masih banyak anak-anak yang tidak bisa mengakses pendidikan secara layak meski tinggal di wilayah ibu kota provinsi. Terlebih untuk anak-anak yang tinggal di wilayah pesisir.


Wilayah pesisir saat ini masih menjadi wilayah dengan pendidikan rendah. Dilansir dari mongabay.co.id, 80% nelayan hanya mengenyam pendidikan di bawah tingkat SMP. Ketua umum Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Dani Setiawan menjelaskan dari data Ditpsd tahun 2022 menunjukkan kehidupan masyarakat pesisir yang makin terpinggirkan.


Selain karena rendahnya tingkat pendidikan, terdapat 1,3 juta jiwa masyarakat pesisir juga terkategori miskin. Jumlah ini setara 12,5% dari total kemiskinan nasional. Bahkan, pada tahun 2021, tingkat kemiskinan ekstrem di wilayah pesisir mencapai 4,19%, atau lebih tinggi dibanding tingkat kemiskinan ekstrem nasional yang sebesar 4%.


Rendahnya tingkat pendidikan dan ekonomi masyarakat pesisir ini dipengaruhi oleh kehidupan masyarakat pesisir yang sangat bergantung kepada alam, seperti pada laut, tambak, hingga pariwisata pantai. Kondisi alam laut yang tidak menentu sering kali membuat penghasilan nelayan di wilayah pesisir juga tidak menentu. Belum lagi beberapa wilayah pesisir memiliki akses yang sulit dijangkau membuat hanya orang-orang tertentu yang mau memajukan pendidikan di wilayah ini.


Jauhari Tantowi salah satunya.


Jauhari Tantowi: Tidak Mau Jadi Orang yang Seragam



"Saya memilih bidang pendidikan ini karena saya memegang prinsip hidup jika kita bisa jadi orang berbeda, kenapa harus berpikir jadi seragam? Kenyataannya tidak semua orang pantas jadi boneka yang didesain sama dan seragam," ungkap Jauhari dalam podcast di akun YouTube Yusron Saudi.


Sebagai putra asli Mataram, ia sudah sering melihat anak-anak yang putus sekolah. Saat ia kecil, banyak teman-temannya yang turut membantu orang tua untuk melaut. Mereka sudah pergi melaut sejak pagi datang dan ketika siang bersambut, banyak di antara anak-anak tersebut yang belum mendapatkan ikan. Keadaan ini terus berlanjut hingga akhirnya banyak dari mereka memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah.


Bintaro
Gambaran Pasar Ikan Bintaro


Bagi mereka, melaut dan mendapatkan ikan jelas lebih realistis dibandingkan harus menempuh pendidikan tinggi. Toh, ujungnya juga sama-sama cari uang.


Di masa itu Jauhari hanya bisa diam melihat teman-temannya berhenti bersekolah. Sebagai anak kecil, ia tidak bisa melakukan apa-apa. Namun ketika melihat keadaan ini terjadi di tahun 2020, ia tidak ingin diam saja. Di tahun 2020 ia bukan lagi Jauhari yang tidak bisa melakukan apa-apa. Ia pasti bisa melakukan tindakan untuk memutus rantai keterbatasan tersebut dan inilah saat yang tepat.


Jauhari Tantowi
Jauhari Tantowi Bersama Mahasiswa Universitas Mataram


"Saya merasa prihatin terhadap keterbatasan akses pendidikan anak-anak pesisir pantai Bintaro, Ampenan. Saya melihat banyak anak yang kesulitan mendapatkan pendidikan formal, khususnya saat kondisi COVID-19. Bahkan banyak yang terancam putus sekolah atau tidak bisa melanjutkan pendidikan. Ini yang akhirnya membuat saya termotivasi menyediakan alternatif pendidikan non-formal gratis," ungkap Jauhari saat wawancara melalui pesan WhatsApp, Selasa 04 November 2025.


Sekolah Itu Bernama Sekolah Pesisi Juang


sekolah pesisi juang
Sekolah Pesisi Juang


"Setiap anak di mana pun mereka tinggal, memiliki hak atas pendidikan yang bermakna, menyenangkan, dan ramah anak."


Kalimat tersebut adalah motto yang dimiliki oleh Sekolah Pesisi Juang, sebuah sekolah gratis yang didirikan oleh Jauhari Tantowi bersama 7 (tujuh) teman-temannya pada Mei 2020. Dibandingkan dengan sekolah-sekolah lainnya, Sekolah Pesisi Juang pada saat berdiri memiliki fasilitas yang seadanya. Lebih tepat disebut sebagai gubuk karena atap seadanya dan dinding separuh terbuka.


Namun sekolah ini dibangun dengan semangat gotong royong. Tidak hanya dari Jauhari Tantowi dan tujuh pendiri lainnya, namun juga orang-orang yang memiliki kepedulian dengan pendidikan di Indonesia, khususnya di daerah pesisir. Mereka datang dan berperan dalam membangun pendidikan di Sekolah Pesisi Juang ini.


Sekolah Pesisi Juang memiliki arti Pesisi yakni Pesisir, dan Juang artinya perjuangan. Ini sejalan dengan semangat para pendiri untuk memperjuangkan hak-hak pendidikan anak-anak di daerah pesisir Bintaro.


sekolah pesisi juang
Sekolah Pesisi Juang


"Pada awalnya kami mengumpulkan teman-teman Lombok yang berkuliah di Malang, Jogja, hingga Tangerang. Kami berkumpul dan membahas apa yang menjadi keharusan kami sebagai putra asli Mataram. Selain kami belajar di luar di Jawa, kami juga harus memperhatikan tanah sendiri," ucap Jauhari di Podcast yang diupload di akun YouTube Yusron Saudi.


Dari semangat inilah, Sekolah Pesisi Juang didirikan pada Mei 2020. Saat itu sekolah dimulai dengan meja kecil dan buku sumbangan. Meski begitu seadanya, namun Sekolah Pesisi Juang berhasil menjadi tempat belajar bagi anak-anak setiap minggunya.


Tidak Serta-Merta Diterima


sekolah pesisi juang
Anak-anak Sekolah Pesisi Juang semangat belajar


Jika kita melihat keadaan Sekolah Pesisi Juang saat ini, tentunya sangat berbeda dengan keadaan sekolah ketika pertama kali didirikan. Selain menghadapi keterbatasan sumber daya seperti dari dana, fasilitas, dan tenaga pengajar, Sekolah Pesisi Juang juga menghadapi penolakan dari pihak orang tua.


Pada saat itu, orang tua di Bintaro, Ampenan masih memiliki pandangan bahwa pendidikan tidak penting bagi anak-anak mereka. Bagi mereka buat apa juga sekolah tinggi-tinggi sampai mengeluarkan biaya yang besar, toh ujungnya juga ke laut. Dengan keadaan ekonomi kurang, menyekolahkan anak-anak dengan layak tentunya jadi hal yang berat bagi masyarakat nelayan Bintaro.


Namun Jauhari tidak menyerah begitu saja. Bersama dengan teman-teman dan juga relawan, ia menunjukkan kepada masyarakat nelayan bahwa Sekolah Pesisi Juang benar-benar ada dan dapat diakses secara gratis oleh anak-anak.


"Untuk Sekolah Pesisi Juang, kami bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti GenBI dan teman-teman mahasiswa lain menjadi sukarelawan untuk mengajar di Sekolah Pesisi Juang," ungkap Jauhari dengan tersenyum.


Jauhari menjelaskan bahwa sebenarnya anak-anak muda di Mataram memiliki ketertarikan untuk membangun Mataram khususnya di bidang pendidikan ini. Namun kebanyakan dari mereka kesulitan untuk memulainya dan membutuhkan wadah untuk menampung semangat juang mereka dan Sekolah Pesisi Juang ini menjadi wadahnya.


Dalam wawancara dengan Jauhari yang dilakukan melalui pesan WhatsApp, ada satu pesan yang diajukan yakni apa momen yang paling tidak bisa dilupakan sejak Sekolah Pesisi Juang didirikan hingga sekarang?


Ini jawaban dari Jauhari:


Momen yang tidak bisa dilupakan adalah saat Sekolah Pesisi Juang bisa menyekolahkan anak-anak nelayan ke sekolah fornal, kemudian mendapat rumah dari donatur untuk tempat anak-anak belajar.


Lima Tahun Perjalanan Sekolah Pesisi Juang


sekolah pesisi juang
Sekolah Pesisi Juang 2025

Memulai sesuatu bisa menjadi hal yang menakutkan, namun perjuangan yang sesungguhnya ada pada saat mempertahankan.

Jika sebelumnya dibahas mengenai cerita perjuangan Jauhari dan Sekolah Pesisi Juang pada awal berdiri, mari kita melihat bagaimana keadaan Sekolah Pesisi Juang saat ini. Saat ini Sekolah Pesisi Juang telah berumur 5 tahun.

Selama 5 tahun ini, Sekolah Pesisi Juang terus bertumbuh. Dari yang awalnya hanya beratap seadanya dengan dinding separuh terbuka, kini anak-anak Sekolah Pesisi Juang bisa belajar di tempat yang nyaman dan juga layak.

Bahkan saat ini Sekolah Pesisi Juang telah dilengkapi dengan fasilitas WiFi yang berasal dari donasi Dompet Dhuafa atas inisiatif pengajuan Jauhari dan teman-teman relawan.

Saat ini ada 8 program yang dimiliki oleh Sekolah Pesisi Juang, yakni:

1. Kelas Belajar Pesisir


sekolah pesisi juang
Kelas Belajar Pesisir


Kelas Belajar Pesisir merupakan ruang belajar gratis untuk anak-anak usia PAUD hingga SMP. Pembelajaran di kelas ini dilakukan secara tematik dan menyenangkan, seperti melalui pendekatan alam, dongeng, dan juga permainan.

Kelas ini dilakukan di Pantai Bintaro dan sekitar setiap hari Sabtu dan Minggu pukul 08.00 hingga 10.00 dengan didampingi oleh Kakak Relawan dan warga lokal.

2. TK Pesisi Juang


TK Pesisi Juang
TK Pesisi Juang


TK Pesisi Juang merupakan program pendidikan usia dini yang ramah anak dan dibangun dengan basis komunitas. TK dibuka untuk anak-anak usia 4-6 tahun yang belum tersentuh oleh pendidikan formal, baik itu karena jarak, biaya, atau karena keterbatasan lainnya.

Di sini anak-anak belajar sembari bermain, mengenal huruf dan angka, mengekspresikan diri lewat seni, serta dibiasakan untuk hidup bersih dan mandiri.

TK Pesisi Juang berlokasi di Saung Belajar Pesisir dari Senin hingga Kamis pukul 08.00 - 10.30. Kurikulum yang digunakan di antaranya tematik, bermain, dan nilai sosial dengan pengajar guru, relawan, dan pendamping komunitas gratis melalui dukungan donasi dan gotong-royong warga.

3. Kakak Asuh - Adik Yatim


sekolah pesisi juang
Kakak Asuh - Adik Yatim

Kakak Asuh-Adik Yatim merupakan program pendampingan untuk anak-anak yatim dan kurang mampu di komunitas. Setiap bulan mereka akan menerima bantuan alat tulis, sembako, dan motivasi yang dilakukan melalui pertemuan khusus.

Donasi dibuka rutin setiap bulan dengan jumlah adik asuh sebanyak 35 anak dan terbuka untuk individu ataupun komunitas.

4. Literasi Pesisir


literasi pesisir
Literasi Pesisir

Program Literasi Pesisir menghidupkan budaya membaca dan menulis di lingkungan pesisir. Program ini dilakukan melalui pojok baca, kelas dongeng, dan tantangan menulis. Diharapkan dengan program ini anak-anak dapat terlatih untuk menyukai kata dan imajinasi.

5. Sembako untuk Masyarakat Pesisir


sekolah pesisi juang
Sembako untuk Masyarakat Pesisir

Sekolah Pesisi Juang juga memiliki program Sembako untuk Masyarakat Pesisir. Program ini merupakan bentuk solidaritas untuk keluarga nelayan dan warga prasejahtera. Bantuan akan disalurkan ke rumah-rumah dalam bentuk paket berisi beras, minyak, telur, mie, dan sebagainya.

Kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap 2 hingga 3 bulan sekali dibantu oleh relawan dan donasi lainnya.

6. Bioskop Rakyat


sekolah pesisi juang
Bioskop Rakyat

Bioskop Rakyat merupakan ruang nonton bareng di pinggir pantai yang terbuka untuk anak-anak dan juga warga. Di sini diputar film-film edukatif, dokumenter, animasi inspiratif, hingga cerita rakyat Nusantara.

Program ini dilaksanakan setiap 2 minggu atau 1 bulan sekali di Pantai Bintaro atau lapangan komunitas dengan film yang dipilih melalui kurasi dan dipastikan ramah untuk anak dan juga umum.

7. Kelas Alam & Clean Up


sekolah pesisi juang
Kelas Alam dan Clean-Up

Kelas Alam dan Clean Up merupakan program belajar dari alam sekitar dengan praktik langsung seperti menanam, membersihkan pantau, hingga membuat karya dari barang bekas.

Program ini dilaksanakan di pesisi dan kebun komunitas pada saat liburan sekolah dan terbuka untuk umum.

8. Acara Komunitas


sekolah pesisi juang
Acara Komunitas

Program yang terakhir adalah acara komunitas di mana pada acara ini warga, anak-anak, dan relawan akan berkumpul dan bersatu. Kegiatannya seperti lomba mewarnai, pentas seni, hingga nonton barang di pinggir pantai.

Acara ini diselenggarakan secara rutin pada Hari Anak Nasional, saat Ramadan, dan akhir tahun. Acara ini terbuka untuk siapa saja yang ingin hadir dan berbagi keceriaan.

Tidak Semua Bisa Menjadi Jauhari Tantowi


Seperti halnya Jauhari, saya juga pernah mencoba mengabdikan diri untuk masyarakat di sekitar saya. Mulai dari memberikan les bahasa Inggris secara gratis, sampai mengadakan pelatihan merajut yang juga secara gratis.

Saat itu saya berusia awal 20-an dan sedang menggebu-gebunya meraih cita-cita. Saat liburan perkuliahan, saya menjadikan ruang tamu rumah saya menjadi tempat belajar bahasa Inggris anak-anak sekitar rumah saya. Secara gratis.

Alasan saya mendirikan tempat belajar bahasa Inggris karena melihat anak-anak di sekitar rumah saya memiliki akses yang terbatas untuk belajar bahasa Inggris. Padahal bahasa Inggris ini jadi bahasa asing yang penting untuk dipelajari. Jangan sampai seperti saya yang bahasa Inggris-nya sangat standar.

Selain membuka ruang belajar bahasa Inggris, saya juga pernah membuka program pelatihan merajut untuk anak-anak dan ibu-ibu. Saat itu saya memang punya bisnis kecil yang menjual beraneka produk rajutan. Harapannya melalui kegiatan ini, anak-anak dan ibu-ibu di sekitar rumah saya bisa mengasah kreativitas dan mendapatkan penghasilan tambahan dari merajut.

Namun semangat saya terhenti beberapa bulan setelah kegiatan tersebut dilaksanakan. Sama seperti Jauhari, saya mendapatkan berbagai penolakan dan juga keterbatasan pengajar. Pada saat itu saya berpikir, "Apa yang saya cari di sini? Saya bahkan tidak mendapatkan apa-apa, hanya penolakan."

Jadi, ketika melihat perjuangan Jauhari mendirikan Sekolah Pesisi Juang ini saya pribadi merasa sangat takjub. Terlebih ketika sekolah ini masih berdiri hingga saat ini. Selama lima tahun lamanya.

Dalam wawancara yang saya berikan, ada satu pertanyaan yang membahas mengenai perjalanan Sekolah Pesisi Juang selama 5 tahun ini yakni bagaimana keadaan pendidikan anak-anak nelayan sebelum adanya Sekolah Pesisi Juang dan setelah adanya Sekolah Pesisi Juang?

Ini jawaban dari Jauhari:

"Sebelum adanya Sekolah Pesisi Juang, banyak anak nelayan menghadapi tantangan besar dalam akses pendidikan karena kondisi ekonomi dan sosial orang tua yang kurang memadai. Setelah adanya sekolah ini, anak-anak pesisir mendapatkan akses pendidikan non-formal gratis, program PAUD, serta kegiatan literasi dan kreasi yang menumbuhkan minat belajar mereka. Hal ini membantu menumbuhkembangkan karakter dan memberikan bekal pendidikan untuk keberlanjutan hidup mereka."


Langkah yang dilakukan oleh Jauhari mampu mengubah dunia, khususnya dunia anak-anak yang sebelumnya diisi dengan keterbatasan dan ketidakmampuan, kini mereka mendapatkan cahaya dan harapan untuk masa depan mereka.


Jauhari Tantowi
Jauhari Tantowi Satu Indonesia Award

Melalui perjuangan dan semangatnya yang luar biasa, Jauhari menjadi salah satu penerima Apresiasi Satu Indonesia Award di tahun 2024 dan juga 2025. Bahkan di tahun 2025 ini Jauhari berhasil membawa Sekolah Pesisi Juang mencapai 10 besar Satu Indonesia Award.


Melalui Satu Indonesia Award ini Jauhari ingin Sekolah Pesisi Juang semakin dikenal dan asa anak nelayan dapat didengar hingga tingkat nasional.


Sumber:


Wawancara melalui WhatsApp bersama Jauhari Tantowi pada 4 November 2025.


Saudi, Yusron. (2022, 22 Februari). Akses Pendidikan Pesisir Kota Jauhari Tantowi. Diakses pada 7 November 2025 dari https://www.youtube.com/watch?v=6PLH9dlPC40&t=682s.


BPS. (2025, 19 Februrari). Jumlah Perguruan Tinggi1, Dosen, dan Mahasiswa2 (Negeri dan Swasta) di Bawah Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Menurut Provinsi, 2024. Diakses pada 7 November 2025 dari https://www.bps.go.id.


Utami, Mona Lestari. (2025, 3 September). Jauhari Tantowi dan Sekolah Pesisi Juang, Mewujudkan Pendidikan Gratis Anak Nelayan Kota. Diakses pada 6 November 2025 dari https://www.goodnewsfromindonesia.id/2025/09/03/jauhari-tantowi-dan-sekolah-pesisi-juang-mewujudkan-pendidikan-gratis-anak-nelayan-kota.


Official Website Sekolah Pesisi Juang: https://sekolahpesisijuang.tanahjuang.com/.

Get notifications from this blog