√ Review Film Yuni: Jadi Perempuan di Indonesia Gini Amat Ya? - It's Me Desi Murniati
Copyright © oleh Desi Murniati - All Rights Reserved. Powered by Blogger.

Thursday, January 27, 2022

Review Film Yuni: Jadi Perempuan di Indonesia Gini Amat Ya?

"Yuni beruntung ya ada yang lamar langsung tanpa ngajak pacaran dulu. Dimana lagi lho nyari laki yang langsung serius gitu?"





Kira-kira seperti itulah salah satu dialog yang ada di film Yuni yang akan aku tonton semalam. Buat kamu yang tinggal di Indonesia~~ sebagai perempuan pula, pasti relate dengan ucapan itu: dilamar oleh orang yang belum dikenal lalu diomong beruntung karena langsung nemu yang serius.

Lho, serius beruntung? Bukannya malah ngeri? Tapi ya itulah sebagian besar pemikiran masyarakat Indonesian. Menikah adalah sumber kebahagiaan yang hqq. Jadi, kalau ada laki yang langsung mengajak ke arah sana, kamu sangat beruntung.

Sejak mengetahui film Yuni mengangkat tema tentang perempuan, aku langsung menandai film ini sebagai salah satu film yang wajib aku tonton. Dan, semalam di tengah gerimis Yogyakarta, aku menontonnya.

Review Film Yuni: Jadi Perempuan Indonesia Gini Amat Sih?


Halo Perempuan Indonesia? Kira-kira kesulitan apa saja yang pernah kamu alami sebagai perempuan Indonesia? Belum nikah-nikah dianggap perawan tua? Dibilang suara adalah aurat perempuan? Nggak boleh melakukan sesuatu misalnya nyapu malam-malam atau duduk di pinggir pintu dengan embel-ember anak gadis?

Oh iya, ada lagi: dilarang menolak lamaran dua kali karena jodoh akan jauh.

Semua hal itu ada di film Yuni. Fakta-fakta jadi perempuan Indonesia yang gini amat ini diangkat di film Yuni. Termasuk dianggap beruntung dilamar laki-laki yang tidak kenal, padahal aslinya kesel, takut, ngeri, dan pengen marah.

Yuni, perempuan remaja umur 17 tahun yang baru akan lulus SMA harus dihadapkan budaya patriarki ala Indonesia yang semakin lama semakin memojokan dia. Teman dekatnya harus nikah muda dan suaminya malah pulang ke rumah orang tuanya. Sedangkan teman di sekolah lainnya hamil dan harus menutupinya dengan jaket saat ke sekolah.

Keinginannya adalah melanjutkan sekolah yang lebih tinggi, tapi ia juga masih belum tahu bagaimana. Di umur segitu memang wajar mengalami kegusaran tentang masa depan, tapi bukan berarti ia ingin masa depan yang buruk: nikah muda misalnya.

Film Yuni benar-benar berhasil menyoroti kehidupan perempuan di Indonesia yang terjebak budaya patriarki. Ucapan tetangga Yuni, "Ngapain perempuan sekolah tinggi-tinggi, nantinya juga akan berakhir di dapur, sumur, dan kasur," adalah hal yang hampir dialami semua anak perempuan Indonesia yang punya cita-cita tinggi, termasuk aku.

Oke, sebelum membahas lebih lengkap tentang film ini, berikut beberapa informasi mengenai film Yuni yang wajib diketahui:

Judul:
Sutradara:
Penulis:
Tayang:
Pemain:

Perempuan: Hijab dan Aurat


Film Yuni dibuka dengan ceramah yang mengatakan suara perempuan adalah aurat. Ini pastinya membuat Yuni cukup terganggu karena Yuni suka menyanyi.

Pada bagian pencarian jati diri Yuni, ia bertemu dengan sekelompok penyanyi dan saat mengajukan diri untuk nyanyi di atas panggung, Yuni bertanya, "Di sini suara bukan aurat kan?"

Bagi perempuan Indonesia, materi 'suara perempuan adalah aurat' pasti pernah didengar bahkan jadi aturan tersendiri. Bahkan, ada kalangan perempuan yang melarang perempuan lain memanggil dengan suara lantang karena itu bisa membuat laki-laki terangsang.

What? Padahal soal terangsang ini, itu semua karena laki-lakinya aja yang gampang terangsang, bukan karena perempuannya. Lagi terangsang pun, tidak akan jadi tindak kejahatan jika tidak dituruti.

Perempuan: Tiba-Tiba Dilamar


Pernah nggak sih kamu denger omongan orang yang bilang, "cowok idaman banget itu. Nggak ngajak pacaran tapi langsung lamar." Oke, mungkin beberapa tahun yang lalu aku akan setuju. Tapi sekarang ini udah nggak masoookk.

Cowok yang tiba-tiba ngelamar itu sama sekali nggak keren, justru malah ngeri. Terlepas dari konsep pacaran itu haram dan cowok yang ngajak nikah berarti baik, nikah itu bukan sesuatu yang sepele. Kamu harus mengenal calon pasanganmu dengan baik dan sebaliknya, calon pasanganmu harus mengenalmu dengan baik.

Di Film Yuni bagian ini jadi konflik pertama, dimana Yuni tiba-tiba dilamar oleh saudara tetangganya. Jangankan pacaran, mereka aja baru ketemu sekali-dua kali dan itu pun hanya saling menyapa saja. Padahal saat itu Yuni belum lulus SMA dan ia masih punya banyak impian yang ingin ia wujudkan.

Nggak hanya sekali, setelah menolak lamaran pertama, Yuni kembali dilamar dan kali ini ia akan dijadikan istri kedua. Kan gila!

Perempuan: Pamali-Pamali


Pamali menolak lamaran sampai dia kali, nanti susah dapat jodoh. Kalimat ini yang muncul ketika Yuni dilamar kedua kali oleh om-om yang sudah beristri. Tanpa mempertimbangkan perasaan Yuni, orang-orang disekelilingnya bergunjing dan mengatakan pamali jika Yuni kembali menolak lamaran.

Lebih parahnya, om-om yang melamar Yuni menyedikan sejumlah uang untuk mahar dan uang tambahan jika saat malam pertama Yuni masih perawan. Makin gendeng kan.

Perempuan: Harga Keperawanan


Aku bilang ini adalah bagian klimaks dari Film Yuni. Yuni yang sama diri sendiri masih bingung~~ seperti ia yang bingung mau kuliah dimana dan bingung gimana hidup dia selanjutnya, tiba-tiba dilamar untuk dijadikan istri kedua. Terlebih lagi ada harga jika Yuni masih perawan.

Alhasil Yuni mendekati adik tingkat yang memang selama ini suka dengannya. Ia kemudian merayu dan membuat cowok itu berhubungan badan dengannya di rumah kosong. Setelah itu terjadi, ia datang ke om yang melamarnya dan bilang: saya tidak bisa menerima lamaran karena saya sudah tidak perawan.

Perempuan: Arti Kebebasan


Ngomongin soal kebebasan perempuan, di Indonesia cukup sulit untuk didapatkan. Perempuan dikekang oleh aturan-aturan yang kadang nggak masuk akal. Film Yuni membicarakan kebebasan ini dengan cara yang dekat sekali dengan kita - perempuan Indonesia.

Kebebasan Yuni dimulai ketika ia mengenal mbak-mbak tukang salon (diperankan Asmara Abigail) yang keliatannya kayak perempuan nggak bener. Sejujurnya aku sempet khawatir Yuni terkena pergaulan bebas dengan mbak-mbak ini.

Tapi ternyata don't judge book by cover. Mbak-mbak ini hanya perempuan korban perceraian karena suaminya melakukan KDRT. Bersama mbak ini, Yuni bisa mengeksplore banyak hal, kayak nari-nari dan diupload di Instagram.

Perempuan: Jadi Diri Sendiri


Selain hal-hal yang dijelaskan di atas, ada hal lain yang dibahas di Film Yuni ini, seperti orientasi seksual yang berbeda hingga guru yang ingin mengabdi tapi harus tetap realistis.

Saat Yuni dilamar oleh Pak Damar (yang terjadi orientasinya lebih ke perempuan) dan Yuni menerimanya, kukira film akan berakhir dengan pernikahan Yuni dan Pak Damar.

Namun ternyata film diakhiri dengan cara berbeda. Yuni tidak memilih Pak Damar ataupun Yoga yang mengajaknya kabur. Ia memilih menjadi dirinya sendiri.

Get notifications from this blog