√ Review Buku Tetangga kok Gitu: Seni Hidup Bertetangga yang Wajib Dibaca - It's Me Desi Murniati
Copyright © oleh Desi Murniati - All Rights Reserved. Powered by Blogger.

Wednesday, September 29, 2021

Review Buku Tetangga kok Gitu: Seni Hidup Bertetangga yang Wajib Dibaca


Review tetangga kok gitu



Siang itu aku baru bangun tidur (tidur siang) saat salah satu saudara datang ke rumah dan menceritakan tentang tingkah tetangga depan rumahnya. "Halah, iso-isone anakku seng disalahkan padahal jelas-jelas cucu dia yang nakal. Wes, anak-anakku ora oleh main sama cucu dia lagi," ucap saudaraku menceritakan tingkah tetangganya yang ikutan baper waktu cucunya berantem sama anak saudaraku ini.

Sebagai orang yang belum berumah tangga dan lebih sering di dalam rumah, aku masih asing dengan fenomena 'anak berantem orang tua geger ini'. Hingga aku membaca buku Tetangga kok Gitu karya Mbak Annie Nugraha dan wow ternyata fenomena ini terjadi dimana-mana. Mamakku bilang ke saudaraku, kurang lebih seperti ini, "Kalau hidup bertetangga ya harusnya berkepala dingin. Namanya anak-anak berantem ya wajar, jangan sampai orang tua ikut baper."

Tapi kenyataannya hidup bertetangga nggak semudah yang diharapkan. Ada aja tetangga yang rese dan minta dijewer (tapi nggak berani, wkwk). Di buku Tetangga kok Gitu banyak diceritakan gimana sih seni, kisruh, hingga care hidup bertetangga ini. Buat kamu yang penasaran, tenang, aku akan membahasnya secara lengkap di sini. So, baca sampai selesai, ya!

Pengen Punya Suami Oppa? Yuk Dipikirin Lagi!

Review Tetangga kok gitu



Kisah tetangga Mbak Annie yang punya suami oppa atau ahjussi bukan jadi bagian pertama atau awal buku Tetangga kok Gitu, tapi aku menaruh perhatian lebih pada bagian ini. Sebagai bucin oppa yang ada di drama Korea, membaca part Lina dan Stik Golf rasanya aku kayak disadarkan: tuh liat, oppa Koreah nggak semuanya manis kayak di drakor. Bangun! Jangan halu!

Punya suami Korea ternyata nggak semanis yang ada di drama atau konten-konten YouTube influencer Korea. Aku nggak bisa bayangin gimana jadi Mbak Annie yang harus jadi saksi keributan tetangganya yakni Lina dan suaminya sampai hampir dipukul pakai stik golf. Mungkin kalau aku jadi Mbak Annie aku sudah tidak percaya dengan semua laki-laki Korea, hahaha.

Jadi, buat aku dan Temen-temen yang masih ngehalu nikah sama cowok Korea atau oppa, yuk dipikirin lagi. Emang nggak semua cowok Korea kayak tetangganya Mbak Annie tapi jangankan beda negara, lha wong nikah sama beda suku atau beda daerah aja bisa nambah keruwetan dari mulai acara wedding sampai punya anak dan lain-lain.

Seni Hidup Bertetangga, Wajib!


Saat kecil aku tipe anak yang suka main tempat tetangga. Bahkan sampai menginjak remaja aku sering ikutan kumpul sama tetangga dan mendengarkan obrolan mereka. Obrolan yang sebenernya nggak jauh-jauh dari ghibahin orang, wkwkwk. Tapi semakin beranjak dewasa aku makin males kumpul sama tetangga. Pernah tuh sekali main tempat tetangga dan aku nyesel.

Ya, gimana, tetanggaku tiba-tiba bahas gaji dan bilang, "Dengan gaji segitu harusnya tabunganmu banyak." Hah? Lalu apa urusannya dengan Anda wahai tetangga? Sejak itu aku jadi mikir beribu kali tiap mau main tempat tetangga.

Kekhawatiran ini ternyata nggak berhenti di situ. Aku yang sudah memasuki usia teman-teman pada nikah (tapi aku belom) sering denger cerita dari temen tentang tetangganya. Kata temenku ini tetangganya suka pamer dan membuat temenku jadi insecure. Bahkan temenku sampai takut nunjukin HP dia yang kentang di depan tetangga-tetangga dia.

Aku jadi mikir, "Jangan-jangan nanti kalo aku udah nikah aku jadi gitu juga. Ya ampun, ngeri sekali." Dan kekhawatiran ini ternyata juga dirasakan oleh temen seumuran. Tapi ketika aku membaca kisah bertetangga dalam buku Tetangga kok Gitu, aku justru menemukan cerita-cerita yang nggak cuma pamer tapi gimana sih tetangga itu saling peduli dan saling membantu.

Di bagian Saat Ibu Tiada aku bisa merasakan bagaimana tetangga-tetangga di komplek rumah Mbak Annie saling peduli. Aku bahkan sampai penasaran bagaimana nasib anak-anak Mbak Ica setelah dipisahkan oleh ayahnya sendiri, semoga mereka baik-baik saja. Aamiin. Begitu juga dengan kisah Mbak Lina dan suami Korea. Kalau nggak ada tetangga kayak Mbak Annie, udah berdarah-darah pasti kepala Mbak Lina karena dipukul stik golf.

Hidup bertetangga emang butuh seni, itu yang aku dapat ketika membaca buku Tetangga kok Gitu ini. Emang sih pasti ada aja tetangga yang rese atau kurang pas sama kita tapi selagi bisa dimusyawarahkan, pasti segala hal rese dan mengganggu bisa diatasi. Ya, kecuali kalau emang tetangganya udah kayak punya dunia sendiri dan nggak mau bergaul sama tetangga lainnya. Dah, itu udah nggak bisa diotak-atik lagi.


Kisah Horor Ada Dimana-mana


Selain menghadapi tetangga dengan segala 'keunikan' mereka, hidup bermasyarakat juga kadang harus berhadapan dengan 'makhluk tak kasat mata'. Di bagian Cerita Tentang Dea awal-awalnya aku nggak nyangka kalau suami Mbak Dea ini hilang karena arwah yang membutuhkan bantuan. Kukira suaminya ikutan aliran ekstrim dan dicuci otak jadi teroris, wkwkwk. Eh, ternyata raga suami Mbak Dea ini lagi dipinjem sama pemilik arwah pemilik rumah kosong. Bagian ini agak-agak mirip sama drakor.

Ngomongin soal kisah horor, sama seperti Mbak Dea, di rumahku juga ada kisah horor. Kebetulan emang rumahku agak horor. Ya gimana, letaknya aja di pinggir sawah dan sebelumnya rumahku ini dikelilingi oleh pohon-pohon rindang. Dah, itu tempat terbaik bagi para dedemit. Tapi ya Alhamdulillah nggak sampai dipinjem gitu kayak suami Mbak Dea ini. Palingan cuma denger suara-suara orang ketawa. Itu aja udah serem banget.


Tetangga Kok Gitu: Buku Simpel dan Menyenangkan


Review Tetangga kok gitu



Kalau ditanya kapan terakhir aku baca buku, jawabannya pasti entah kapan, wkwk. Sebelum dipercaya untuk menulis review buku Tetangga kok Gitu ini, aku lagi ada di posisi males baca tingga dewa. Kayaknya terakhir aku baca buku itu enam bulan yang lalu, yaitu buku Life as Divorcee. Itu aja ada bagian-bagian yang aku skip, wkwk.

Nah, ketika menerima buku Tetangga kok Gitu dan mulai membacanya, rasanya nggak kerasa kayak baca buku. Gaya bahasa Mbak Annie dalam menulis buku ini enak banget. Rasanya kayak lagi baca status temen-temen di Facebook, tahu-tahu udah selesai aja. Bagian-bagian di buku ini juga relate banget sama kehidupan bertetangga. Pas banget, pokoknya.

Aku yang emang udah memasuki usia dewasa, buku ini kayak jadi persiapan gimana sih nanti kalau udah berkeluarga dan bermasyarakat. Apalagi tiga bagian akhir yang menceritakan tentang selingkuhan, ternyata emang selingkuh bisa sedekat itu ya.

Selain beberapa bagian yang udah aku ceritakan di atas, sebenarnya ada bagian-bagian lain yang bikin aku terdiam cukup lama, seperti Balada Parkiran Mobil. Nggak kebayang sih gimana perasaan orang tua yang kehilangan anak tersebut dan di kota perkara parkiran mobil ini emang nggak simpel ya. Lahan terbatas tapi butuh space besar buat kendaraan. Kebalikan banget sama di kampung. Lahan luas tapi nggak punya mobil, wkwkwk.

Buat kamu yang emang lagi nyari buku bacaan yang ringan dan menyenangkan, buku Tetangga kok Gitu ini bisa jadi pilihan tepat. Buku Tetangga kok Gitu bisa dijadikan temen ngopi di pagi atau sore hari. Gaya bahasanya menyenangkan dan bisa mengundang tawa. Lebih dari itu ini tuh relate banget sama kehidupan bertetangga. Tetangga suka ribut, nyinyir, sampai ghibah juga ada. Buat yang mau baca gimana kelahiran buku ini, kamu bisa membacanya di sini.

Tips Bertetangga yang Baik


Saat membaca buku ini, aku sambil mikir, "Gimana sih bertetangga yang baik itu?" Nah, setelah selesai membacanya, aku jadi lumayan mengerti konsep 'bertetangga yang baik' ini. Sebagai bonus, berikut aku kasih beberapa tips bertetangga yang baik setelah membaca buku Tetangga kok Gitu:

1. Jangan Terlalu Ikut Campur


Tips pertama dalam kehidupan bertetangga adalah jangan terlalu ikut campur. Mamakku juga pernah bilang gini. Ketika ada tetangga yang berantem, selagi nggak ada teriakan minta tolong, ya udah sans aja. Apalagi kalau masalah perselingkuhan. Jangan ikut campur pokoknya.

Mbak Annie yang beberapa kali melihat perselingkuhan merasa eneg dan sial, tapi nggak ada tuh niat buat membongkar perselingkuhan yang dilihatnya. Urusan rumah tangga atau keluarga orang bukanlah urusan kita. Lagian tanpa dilaporkan perselingkuhan pada akhirnya juga akan ketahuan.

2. Tetangga Adalah Keluarga Kedua


Meski sering nyebelin dan nyinyir, tetangga adalah keluarga kedua. Terlebih buat orang-orang yang tinggal terpisah dari keluarga besar, tetangga ini jadi pihak yang bisa menolong saat butuh bantuan. Di Tetangga kok Gitu banyak diceritakan gimana peran tetangga ini dalam membantu tetangga lain. Kisah Mbak Lina misalnya, kalau nggak ada Mbak Annie entah udah jadi apa Mbak Lina ini karena dipukul stik golf.

Juga, kisah anak-anak Mbak Ica. Meski tetangga nggak berhasil membuat mereka tetap bersama tapi seenggaknya tetangga ini pernah ada usaha. Anak-anak Mbak Ica pasti bakal mengingat hal itu.

3. Bedakan Urusan Anak dengan Orang Tuanya


Sama seperti yang pernah dibilang mamakku, kalau hidup bertetangga ya kudu bisa bedain urusan anak sama orang tua anak tersebut. Anak-anak berantem, orang tua ya kudu lapang hati dan menyadari namanya juga anak-anak. Dengan begitu kehidupan bertetangga jadi lebih adem.

4. Tidak Seindah Drama Korea


Kalau bagian ini sih buat diriku sendiri. Meski aku sering sadar kalau kehidupan nyata beda sama drama Korea dan oppa Korea nggak semuanya manis kayak di drama, tapi karena membaca buku Tetangga kok Gitu aku jadi makin sadar. Coba ya kalau aku jadi Mbak Annie, rampung urusan Mbak Lina ini bisa misuh-misuh sama drama Korea kali ya, wkwkwk. 

Ya, jangankan dapet oppa Korea, buat dapet cowok lokal aja antara ada dan tiada.




Get notifications from this blog

5 comments

  1. Menariiiik sepertinya :D. Dan aku sukaaa covernya mba. Kok kayaknya mengingatku Ama suasana pas dulu tinggal di Medan dan Aceh.

    Aku bersyukur sampe skr ini, pindah2 tempat, tapi tetangga yg aku dapet baik2. Blm ada yg rese. Padahal aku tipe yg ga terlalu suka sosialisasi. Paling keinget Ama tetangga di Aceh. Krn itu komplek perumahan, jadi lebih berasa akrabnya. Malah udh kayak sodara, dan bahkan sampai skr kami msh berhubungan. Tetangga itu buatku orang pertama yg dimintain bantuan kalo terjadi sesuatu. Ga mungkin nelpon sodara yg tinggalnya lebih jauh. Jadi rasanya menjaga hubungan Ama mereka memang penting :)

    ReplyDelete
  2. Bukunya kayaknya seru banyak sekali plot yang menggugah selera membaca, dari Oppa Korea sampai arwah gentayangan. Permasalahan tetangga mwmang tidak akan pernah habis dibahas ya. seru

    ReplyDelete
  3. sepertinya ini relevan banget dengan kehidupan kita saat ini ya kak, ditambah bumbu sana sini plus cerita horonya juga, jadi menarik untuk dibaca

    ReplyDelete
  4. Seru banget kynya bukunya. Baca reviewnya jd pingin tau cerita komplitnya. Yes bertetangga itu tetap ada adab & seninya

    ReplyDelete
  5. Ya ampun seru cerita-cerita singkatnya Des, aku belom punya bukunya. Jadi pengen baca. Seni bertetangga ya hahahah kocak ada horornya juga

    ReplyDelete