Misi Nordianto dan GenRengers Educamp Menyelamatkan Remaja dari Pernikahan Dini
Keresahan akan tingginya angka pernikahan dini ini dirasakan oleh Nordianto Hartoyo Sanan, seorang pemuda yang berasal dari Kubu Raya, Kalimantan Barat. Nordianto adalah seorang penggerak sosial untuk mencegah terjadinya pernikahan dini di kalangan masyarakat, mulai dari teman sekolah hingga ibu kandungnya sendiri.
Nordianto banyak belajar dari ibunya yang harus mengalami permasalahan reproduksi berkali-kali bahkan sampai harus menjalani operasi angkat rahim. Dari pengalaman ibunya ini membuat ia memutuskan untuk membantu masyarakat sekitarnya agar anak-anak remaja tidak mengalami nasib yang sama.
Berawal dari PIK Remaja BKKN
Selain dari pengalaman ibunya, awal ketertarikan Nurdianto terhadap permalahan pernikahan dini ini sejak keikutsertaannya sebagai peserta PIK Remaja BKKN yang memang merupakan pelatihan tentang kesehatan reproduksi remaja, bahaya seks bebas serta NAPZA. Dari sini, Anto pada akhirnya merasa menemukan apa yang ia cari selama ini.
“Awalnya saya termotivasi untuk menyuarakan kegelisahan ini memang karena ibu. Beliau pernah bilang bahwa kalau saja tidak menikah diusia muda, mungkin beliau akan menjadi orang yang lebih sukses, punya kehidupan lebih baik. Belum lagi ibu saya juga sakit-sakitan karena hamil diusia muda, keguguran berkali-kali dan banyak faktor lainnya yang membuat kesehatan reproduksinya menurun." tutur Anto yang dilansir dari kemenpora.go.id.
Kemudian pada tahun 2016 Anto menggagas GenRengers Educamp, yakni program kemah dengan tujuan memberikan edukasi dan pelatihan kepada para remaja. Dari program GenRengers Educamp ini, Anto tidak serta-merta melarang anak muda untuk menikah. Namun ia memberikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, bahaya seks bebas, hingga pentingnya kemandirian ekonomi ketika membangun rumah tangga.
Dari programnya ini, ia berharap anak muda mampu menyerap informasi yang telah ia bagi, hingga menyadari sendiri bahwa perkawinan usia muda memiliki banyak dampak buruk.
Selain berupaya memberikan pelatihan dan edukasi untuk dapat diterapkan oleh pribadi peserta, Anto juga menekankan bahwa tujuan dari kegiatan GenRenger adalah untuk melahirkan kader-kader yang akan menyebarluaskan informasi ini di lingkungan mereka. Dengan begitu, upaya yang dilakukannya mampu menjangkau secara lebih luas, hingga ke daerah-daerah yang awalnya tidak dapat ia jangkau.
Mendapatkan Apresiasi SATU Indonesia Awards
Atas keseriusan yang dilakukan oleh Nordianto yakni mengkampanyekan dampak negatif dari nikah muda, ia berhasil mendapatkan penghargaan anugerah SATU Indonesia Awards Tahun 2018 yang diselenggarakan oleh PT. Astra Internasional.
Sebelumnya, ia juga menjadi delegasi Asia-Pasifik dalam kegiatan Indigenous People Youth Conference di Rio De Janeiro, Brasil. Dalam acara tersebut, Anto juga menyampaikan isu masih tingginya angka pernikahan dini di daerahnya.
Nordianto berharap anak muda Indonesia mampu memahami pentingnya pendidikan, bisa memanfaatkan ruang untuk berpartisipasi, mengembangkan diri, serta meraih mimpi tanpa harus terjerat ikatan perkawinan di usia yang begitu belia dan rawan masalah.
Pada tahun 2016, GenRenger Educamp berhasil melibatkan 14 kabupaten kota dan 5 provinsi selain provinsi Kalimantan Barat dalam seluruh aktivitasnya. Pada tahun 2023, ada sekitar 20 tenaga relawan inti yang telah bergabung dalam tim inti GenRengers Educamp.
Nordianto adalah salah satu anak muda yang memiliki kepedulian terhadap sesama. Ia tidak mau generasi remaja saat ini mengalami apa yang dialami oleh ibunya dulu. Ia berharap dnegan kontribusi yang diberikannya, remaja di Kalimantan khususnya dan di Indonesia pada umumnya dapat lebih mementingkan pendidikan dibandingkan pernikahan di usia muda.
Get notifications from this blog